Penurunan Stunting di Kutim Capai Hasil Positif, Intervensi Dimulai Sejak Remaja

Gemanusantara.com – Upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menunjukkan hasil positif.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kutim, Sumarno, mengungkapkan bahwa prevalensi stunting yang sebelumnya berada di angka 21 persen, kini berhasil ditekan hingga di bawah 14 persen.
“Stunting ini sudah lama kita garap, dan sekarang sudah di bawah 14 persen. Dulu 21 persen. Ini terus turun sesuai target dan termasuk 50 program prioritas Bapak Bupati,” jelas Sumarno.
Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, terutama Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DPPKB) Kutim, serta perangkat desa, puskesmas, kader posyandu, dan lembaga pendidikan.
Sumarno mengakui bahwa upaya penanganan stunting tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah sensitivitas masyarakat terhadap isu ini.
“Enggak boleh bilang anak stunting itu. Orang tua bisa tersinggung. Orang pendek belum tentu stunting, dan stunting belum tentu pendek. Bisa saja faktor keturunan. Tapi yang berbahaya itu kalau perkembangan otaknya terganggu,” ujarnya.
Karena itu, edukasi dilakukan dengan pendekatan yang hati-hati agar masyarakat memahami bahwa stunting bukan sekadar masalah fisik, tetapi berdampak pada perkembangan otak dan masa depan anak.
Dinkes Kutim menekankan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pada periode tersebut, perkembangan otak berlangsung sangat pesat sehingga membutuhkan asupan gizi optimal.
Namun, Sumarno menegaskan bahwa intervensi pencegahan stunting bahkan dimulai lebih awal yaitu sejak remaja.
“Pencegahan sebenarnya dimulai sejak remaja. Makanya anak SMA diberikan tablet tambah darah. Kekurangan darah itu risiko stunting juga. Jadi sejak remaja sudah ada tindakan pencegahan,” jelasnya.
Dengan berbagai upaya ini, Dinkes Kutai Timur optimistis angka stunting dapat terus turun dan semakin mendekati target nasional. (Adv/ma)



