KALTIM

Andi Satya Dorong Tes Urine untuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Gemanusantara.com – Tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia mendapat sorotan serius dari Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, dr. Andi Satya Adi Saputra. Politisi muda yang juga dokter spesialis kandungan ini mendorong Dinas Kesehatan Kaltim untuk segera mengadopsi metode skrining Human Papilloma Virus (HPV) berbasis urine sebagai alternatif yang lebih ramah terhadap privasi perempuan.

Dalam pernyataannya, Andi menyoroti data nasional yang menunjukkan sebanyak 36.633 perempuan terdiagnosis kanker serviks setiap tahun, dan sekitar 18.000 di antaranya meninggal dunia. “Ini angka yang sangat memprihatinkan. Hampir 50 persen penderita meninggal, padahal kanker serviks bisa dicegah jika dideteksi lebih awal,” ujarnya, Jumat (15/5/2025).

Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam deteksi dini adalah metode pemeriksaan konvensional yang dinilai tidak nyaman, terutama bagi perempuan yang belum menikah. Prosedur dengan spekulum atau cocor bebek kerap dianggap mengganggu privasi, sehingga banyak yang memilih menghindari pemeriksaan. “Mereka merasa malu atau tidak nyaman, dan ini menghambat upaya skrining secara nasional,” ungkapnya.

Sebagai solusi, Andi mendorong pemanfaatan tes urine sebagai metode skrining HPV yang lebih praktis, tidak invasif, dan dapat dilakukan sendiri tanpa harus datang ke fasilitas kesehatan. “Cukup dengan menampung urine dalam botol khusus, lalu diperiksa dengan alat deteksi. Ini bisa dilakukan secara mandiri di rumah tanpa tenaga medis,” jelasnya.

Ia menilai, inovasi ini berpotensi memperluas cakupan deteksi dini, terutama di daerah-daerah terpencil yang minim infrastruktur kesehatan. “Kita bisa menjangkau lebih banyak perempuan, bahkan di pedesaan dan wilayah pelosok. Tidak butuh klinik besar, tapi hasilnya tetap bisa diandalkan,” tambahnya.

Selain menekankan aspek teknis, Andi juga menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih inklusif dan sensitif terhadap budaya serta psikologis perempuan. Ia berharap metode skrining berbasis urine ini dapat menghilangkan stigma, mempercepat deteksi, dan pada akhirnya menyelamatkan lebih banyak nyawa.

“Kesehatan perempuan adalah fondasi kesehatan keluarga. Jika perempuan sehat, maka masyarakat akan lebih kuat. Pemerintah harus hadir memberikan solusi yang lebih manusiawi dan mudah diakses,” pungkasnya.

[ADV | DPRD KALTIM]

Related Articles

Back to top button