Trump Kembali Memicu Ketegangan Global, Targetkan Venezuela, Kolombia, dan Nigeria

Editorialkaltim.com – Ketegangan geopolitik internasional kembali meningkat tajam menyusul pernyataan dan tindakan agresif dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Secara bersamaan, Trump menyerang secara verbal dan strategis terhadap tiga negara di dua benua, yakni Venezuela, Kolombia, dan Nigeria, dengan berbagai bentuk tekanan mulai dari ancaman militer hingga pemutusan bantuan ekonomi.

Eks pemimpin Gedung Putih itu melontarkan sejumlah tuduhan yang menyulut krisis diplomatik, khususnya terhadap dua negara produsen minyak utama di Amerika Latin dan satu negara di Afrika Barat. Trump menuding Kolombia gagal memberantas produksi narkotika, menuding Nigeria melakukan pembiaran terhadap kekerasan sektarian, dan mendorong opini bahwa kawasan tersebut menjadi sumber kekacauan global dari sudut pandang Amerika Serikat.

Di Kolombia, Presiden Gustavo Petro menjadi sasaran utama serangan Trump yang tanpa ragu menyebutnya sebagai “gembong narkoba.” Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak mengingat Kolombia selama ini dikenal sebagai mitra strategis AS dalam perang melawan narkoba. Trump bahkan secara sepihak mengumumkan penghentian semua bentuk bantuan keuangan kepada Kolombia, dengan alasan produksi narkoba yang terus meningkat telah menyebabkan kerusakan besar di negaranya.

“Tidak ada lagi toleransi. Kolombia telah gagal menghentikan perdagangan narkoba. Bantuan kami berakhir hari ini,” ucap Trump dalam konferensi pers yang memantik kecaman luas.

Presiden Petro pun membalas dengan retorika tajam, menuduh Trump tidak memahami realitas kompleks di Kolombia dan menyebutnya sebagai pemimpin “dengan pandangan sempit dan tidak bertanggung jawab.”

Sementara itu, di Nigeria, Trump mengeluarkan ancaman lebih ekstrem: serangan militer cepat. Ia menuduh pemerintah Nigeria melakukan pembiaran terhadap “genosida terhadap umat Kristen.” Namun klaim ini langsung dibantah oleh Pemerintah Nigeria yang menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan bersifat politis. Pemerintah setempat menegaskan bahwa kekerasan yang terjadi dipicu oleh kelompok teroris, bukan atas nama negara atau agama.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nigeria, Kimiebi Imomotimi Ebienfa, mengatakan bahwa konflik di negaranya bersifat kompleks dan melibatkan berbagai elemen.

“Menuduh pemerintah mendukung genosida adalah narasi berbahaya. Kami berkomitmen melawan ekstremisme dalam segala bentuk,” ujarnya. Pemerintah Nigeria juga memperingatkan bahwa komentar Trump dapat memperkeruh situasi dan merusak hubungan bilateral.

Pengamat politik internasional menilai langkah Trump sebagai upaya membangun kembali pengaruh politiknya menjelang pemilu. “Inikan seremoninya yang dilakukan atas kerja keras kepala desa, tentu nanti harus ada pembinaan keberlanjutan dan juga support bagaimana nanti pengembangan untuk apa yang telah di dapatkan oleh teman-teman desa,” ujar seorang diplomat senior Amerika Latin yang enggan disebut namanya. Ia menambahkan, tindakan Trump berisiko memicu ketegangan yang lebih luas di kawasan penghasil energi global. (Nit)

Exit mobile version