Polemik Status E-Sport, Dispora Kaltim Tegaskan Penentuan Cabor di Tangan KONI dan KORMI

Gemanusantara.com – Kontroversi seputar pengakuan e-sport sebagai cabang olahraga kembali mencuat usai pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, yang menilai e-sport bukanlah olahraga karena minim aktivitas fisik. Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur, Agus Hari Kesuma (AHK), memberikan klarifikasi penting terkait posisi e-sport dalam struktur keolahragaan nasional.

AHK menekankan bahwa status resmi suatu cabang olahraga tidak ditentukan oleh tafsir personal, melainkan berdasarkan keanggotaan dalam organisasi resmi seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI). “Definisi olahraga tidak sekadar soal keringat. Ada sistem dan lembaga yang mengaturnya,” tegas AHK.

Ia menjelaskan, jika e-sport terdaftar di KONI, maka cabang ini dapat diakui sebagai olahraga prestasi dan sah untuk dipertandingkan di ajang seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun bila berada di bawah naungan KORMI, maka posisinya sebagai olahraga masyarakat yang lebih menekankan partisipasi publik dan rekreasi.

Namun demikian, AHK juga menyoroti bahwa keputusan final memasukkan e-sport ke dalam daftar cabor PON tetap berada di tangan Pengurus Besar (PB) PON dan panitia daerah. “PON itu memiliki regulasi sendiri. PB PON bisa memilih mana saja cabang yang dipertandingkan, tergantung kesiapan daerah dan arah kebijakan nasional,” ujarnya.

Dispora Kaltim menyadari bahwa e-sport telah menjadi magnet bagi generasi muda dan menawarkan peluang ekonomi serta pengembangan talenta digital. Oleh sebab itu, AHK menilai penting untuk membangun ekosistem pembinaan yang tetap terintegrasi dengan kebijakan keolahragaan nasional.

AHK juga mengingatkan bahwa seluruh keputusan teknis soal cabor yang dipertandingkan di PON akan tercantum dalam Buku Panduan Teknis atau Technical Handbook. “Di sana baru bisa kita lihat, apakah e-sport lolos ke PON 2028 atau tidak,” katanya.

Terlepas dari perdebatan, AHK mengajak semua pihak untuk memandang e-sport secara lebih terbuka. “E-sport berkembang luar biasa, dan kita harus mampu melihat potensinya, bukan hanya melalui lensa tradisional olahraga,” pungkasnya.

[ADV | DISPORA KALTIM]

Exit mobile version