
Gemanusantara.com– Menjelang Natal dan Tahun Baru, denyut pasar tradisional di Samarinda terasa berbeda. Aktivitas jual beli tetap berlangsung, namun pola belanja masyarakat berubah. Kenaikan harga sejumlah bahan pokok membuat warga semakin selektif membawa barang dari lapak ke rumah.
Bawang merah menjadi komoditas yang paling dirasakan dampaknya. Harga yang masih tinggi memaksa konsumen mengurangi jumlah belanja. Rahmawati (47), pedagang sayur di Samarinda, mengatakan pembeli kini lebih banyak membeli dalam jumlah kecil.
“Biasanya orang beli dua kilo, sekarang paling satu kilo saja, bahkan ada yang cuma setengah,” ujarnya, Senin (15/12/2025).
Sementara itu, cabai rawit mulai memberi sedikit kelonggaran. Setelah sempat melonjak tajam, harganya perlahan turun. Namun kondisi tersebut belum sepenuhnya menenangkan pedagang.
“Cabai memang sudah turun, tapi belum bisa dibilang aman. Kalau sudah dekat Natal, biasanya harga naik lagi,” kata Rahmawati.
Kondisi harga yang belum stabil membuat pedagang ikut berhitung. Stok diambil secukupnya agar tidak menumpuk dan berisiko rugi jika harga kembali bergejolak.
Situasi ini terasa di berbagai pasar tradisional. Fluktuasi harga membuat perputaran uang melambat, meski pasokan mulai membaik. Pedagang dan pembeli sama-sama berharap harga segera kembali stabil.
Pemerintah daerah sebelumnya menyebut cuaca di wilayah sentra produksi sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pasokan bahan pangan. Namun bagi masyarakat pasar, stabilitas harga tetap menjadi harapan utama menjelang akhir tahun. (Nit)