
Gemanusantara.com – Di tengah gempuran era digital yang kian menguasai sendi-sendi kehidupan, Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Damayanti, menyampaikan seruan tajam namun reflektif. Ia menyoroti penurunan semangat belajar generasi muda yang kian tergerus oleh budaya konsumtif digital, dan mendorong adanya perlawanan sikap demi membangun karakter dan daya juang.
Damayanti menyatakan keprihatinannya terhadap fenomena remaja yang lebih akrab dengan tren viral dibandingkan buku bacaan. Menurutnya, teknologi semestinya menjadi alat kemajuan, namun kini justru banyak disalahgunakan untuk aktivitas pasif. “Teknologi itu seharusnya mempermudah kita belajar, bukan memanjakan kita untuk bersantai terus-menerus. Kalau terus dibiarkan, ini bukan kemajuan, tapi kemunduran,” tegasnya, Rabu (4/6/2025).
Ia menyebut kondisi ini sebagai krisis orientasi yang membutuhkan perhatian serius. Generasi muda, katanya, tidak boleh hanya menjadi konsumen informasi, tetapi harus bertransformasi menjadi pencipta nilai. Dengan tegas, Damayanti mengingatkan bahwa dalam satu dekade ke depan, estafet kepemimpinan bangsa akan dipegang oleh generasi yang kini masih duduk di bangku pendidikan.
“Waktu mereka tidak banyak. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? Indonesia ini sedang bergerak maju, dan pemudanya harus siap memimpin, bukan sibuk menonton,” ujarnya.
Politisi dari Fraksi PKB ini juga menyoroti bahaya masuknya budaya asing yang terselip dalam arus konten digital. Ia menekankan pentingnya membangun filter informasi dan kesadaran identitas kebangsaan. Menurutnya, generasi muda harus cerdas dalam menyerap informasi, bukan sekadar mengikuti apa yang populer. “Kita tidak menutup diri dari dunia luar, tapi kita harus punya prinsip. Apa yang datang harus disaring, bukan ditelan mentah-mentah,” imbuhnya.
Sebagai langkah konkret, Damayanti mengusulkan penguatan gerakan literasi di sekolah dan masyarakat. Ia menyayangkan budaya membaca, berdiskusi, dan menulis yang mulai tergeser oleh budaya menonton dan menggulir layar tanpa arah. Literasi, katanya, adalah fondasi untuk membentuk nalar kritis dan jiwa kepemimpinan.
Ia menutup pesannya dengan ajakan lugas yang menyimpan makna dalam: “Jangan hanya ikut arus. Jadilah arus. Bangun dari sekarang, bentuk tekad, dan siapkan diri menjadi pemimpin. Karena masa depan tidak menunggu siapa pun,” pungkasnya.
[ADV | DPRD KALTIM]