Alarm Merah Dunia Pendidikan: Siswa Dipukuli Dua Kali, Penanganan Sekolah Disorot

Ilustrasi pembullyan remaja. (Ist)

Gemanusantara.com– Kasus pengeroyokan berulang terhadap seorang siswa SMK di Samarinda kembali menampar dunia pendidikan. YS (16), menjadi korban pemukulan dua kali oleh kelompok teman sekolahnya sendiri. Luka yang dialaminya tidak ringan hidung patah dan wajahnya lebam namun kejadian itu baru mendapat perhatian serius setelah orang tua korban membawa kasus ini ke ranah hukum.

Peristiwa bermula dari persoalan pribadi antara YS dan seorang siswi berinisial ZH. Masalah remaja yang seharusnya selesai pada percakapan biasa berubah menjadi pemicu kekerasan. Kelompok teman ZH merasa tersinggung usai mendengar cerita versi ZH, lalu memaksa YS masuk ke kamar mandi sekolah, tempat pengeroyokan pertama terjadi.

Alih-alih mereda setelah laporan disampaikan kepada pihak sekolah, situasi justru memburuk. Kelompok pelaku kembali melakukan pengeroyokan kedua terhadap YS. Dua kejadian berturut-turut di lingkungan sekolah membuat keluarga korban menilai pengawasan sekolah lemah dan tidak mampu menghentikan kekerasan yang sudah terjadi di depan mata.

Orang tua YS akhirnya melapor ke Polsek Samarinda Seberang setelah mediasi internal dianggap tidak menghasilkan penyelesaian. Kapolsek Samarinda Seberang, AKP Ahmad Baihaki, membenarkan bahwa pihak sekolah sempat mencoba memediasi, namun gagal meredakan konflik.

“Pihak sekolah sudah berupaya melakukan mediasi tetapi tidak menemukan kesepakatan,” tegas AKP Baihaki.

Mediasi lanjutan di kantor polisi pun kembali menemui jalan buntu. Kanit Reskrim Polsek Samarinda Seberang, Iptu Anfasa Omar Ibra, menyebut bahwa konflik tersebut kini harus diproses berdasarkan prosedur hukum karena melibatkan banyak pelaku dan mengakibatkan luka serius.

“Tetap sama, tidak ada kesepakatan. Karena itu kami tindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan terhadap pelapor dan terlapor,” jelasnya.

Polisi kini menunggu hasil visum dari rumah sakit serta memeriksa para saksi untuk memperkuat konstruksi perkara. Omar menegaskan bahwa kasus ini sudah masuk ranah dugaan pengeroyokan, bukan lagi perkelahian biasa.

Kasus ini mencuatkan kembali kritik terhadap lemahnya sistem perlindungan siswa di sekolah. Dua kali kekerasan terjadi di lokasi yang sama, dalam waktu berdekatan, dan melibatkan kelompok pelajar yang sama tanpa intervensi efektif.

Keluarga korban berharap aparat menuntaskan proses hukum hingga tuntas, sementara publik menanti sikap tegas sekolah dan pemerintah untuk memastikan kejadian serupa tidak kembali terulang. (Nit)

Exit mobile version